Hello Goodbye Tangerang!

Hello from Tangerang!


Akhirnya merasakan hidup merantau!! Kalau ditanya gimana rasanya merantau? Jawabannya adalah SERU! 

Ini semacam keinginan terpendam karena dari dulu pengen bisa tinggal di luar kota (bahkan luar negeri). Karena sejak bayi sampai kuliah hidupnya di Solo terus. Eh bukan berarti ga suka tinggal di Solo ya.

Solo is the most beautiful city for me. Where my feet may leave but my heart will always be.

Tapi dasar anaknya emang bosenan. Pengennya selalu ada di tempat yang baru dengan suasana baru. Apa daya budaya pingitan masih diberlakukan dengan tidak diperbolehkan keluar dari Solo sampai kelar kuliah.

LANJUT SOAL TANGERANG coii...

Berawal dari ikutan Job Fair di kampus, bulan April 2015. Iseng-iseng masukin CV ke beberapa perusahaan dan singkat cerita saya lolos ke satu perusahaan dan berangkatlah ke Tangerang di awal Mei 2015.

Saya diterima bekerja sebagai Management Trainee di salah satu shoe factory di Tangerang yang memproduksi sepatu untuk salah satu merk sepatu internasional. Perjalanan penuh keringat dimulai sejak awal sampai di Tangerang. Berangkat bersama teman-teman baru dari Stasiun Solo Balapan menuju Stasiun Pasar Senen dan sepertinya saya salah langkah karena membawa koper yang lebih mirip kaya kulkas saking gedenya (pikirnya sekali bawa aja jadi ga perlu paketin barang-barang lagi dari Solo). Endingnya kacau karena itu koper mau ga mau harus diselipin di bawah seat dan akhirnya ga bisa selonjor selama perjalanan. TERSIKSA... 

AND YEAH, WELCOME TO TANGERANG... 

Bekerja di tempat ini mengajarkan saya banyak hal. Dari negatif sampe positif. Merasakan gimana berjuang muter-muter pabrik waktu training. Panas-panas sampe gosong, keringetan bejubel naik bus jemputan, muka kusem dan menghitam penuh jerawat, sampai ngerasain makan di kantin yang menunya super standard.

Well, itu hanya sekelumit kecil dari yang terjadi selama di Tangerang. Sisi positifnya (UNTUNGNYA) lebih banyak.

Tangerang...
Mengajarkan saya yang namanya BERJUANG. Berjuang dapet kos contohnya. Gimana saya dan temen-temen baru yang selanjutnya saya sebut saudara baru, berjuang mencari kos saat selesai induksi di kantor.

Dari Legok menuju Karawaci, ber-6 nyewa angkot (hebat, Jevi naik angkot!) dan itu angkot uda penuh ama koper cewe-cewe ribet nan bawel. Kalau bapak sopir angkotnya ga sabar, mungkin kita uda dibuang di tengah jalan.

Masih soal berjuang. Ga pernah kebayang sebelumnya harus naik bus jemputan non-ac yang drivernya uda macem pembalap, yang full dangdut selama perjalanan. Tapi anehnya, saya nyaman saat naik bus itu, bahkan sampe teler merem-merem di dalem bus kalo lagi kecapean (trust me, jangan sebelahan sama saya di bus kalo saya lagi ngantuk, Saya bisa jadi orang super rese yang ngambil banyak space di dalem bus).

Selama training, saya dan teman-teman yang disebut WAVE 18 setiap hari berjuang buat mencerna mater-materi training. Dari yang nahan ngantuk pas in-class training, senjata saya adalah pake kacamata minus (karena kebetulan minusnya lumayan, ditambah silinder, lensa jadi rada tebel) dan poni lempar, kalo mentor ada di sisi kanan, poni diarahin ke kanan jadi ga keliatan kalo lagi merem. Saat gemba (training ke departments) kita berjuang dengan yang namanya proses. Proses mencerna materi yang berat buat dicerna anak lulusan Ilmu Hukum seperti saya. Material, mesin, proses, sistem, harus cari improvement, etc, harus dipahami dalam waktu singkat. Berangkat pagi, pulang petang, sampe kos ngerjain daily report, ada nyiapin weekly presentation, monthly presentation. 

Cape? Banget. Males? Pollll. Enjoy? Lagi-lagi anehnya, saya enjoy dengan itu. Dengan keluarga baru yang kadang ada drama-drama telenovela nya, tapi satu sama lain saling tau gimana caranya memberi semangat.

MT Wave 18 Full Team berfoto di Prehall Factory 

Perjuangan selanjutnya adalah mempersiapkan Final Presentation yang berperan penting dalam menentukan kelulusan training kami. Saya lupa persisnya berapa lama kami diberikan waktu, tapi otak rasanya buntu buat nemuin ide baru. Saat nemu ide, rintangan selanjutnya adalah menemukan mentor. Thank God saya dikasi kemudahan menemukan mentor. Di saat teman-teman yang lain masih sibuk cari ide, saya sudah bernafas lega karena ide improvement saya disetujui. Di saat semua orang keberatan jadi mentor, dengan mudahnya saya menemukan mentor yang lumayan nekat karena dengan senang hati jadi mentor buat 2 orang.

 Bekal mengerjakan Final Project

Hingga saat final presentasi tiba, saya cuma bisa berjuang memberikan yang terbaik yang saya bisa. Secara ide saya ini sangat bertolak belakang dengan background pendidikan saya. Yang saya pikirkan saat itu bukan hanya menunjukkan kemampuan saya tapi juga bagaimana caranya saya tidak membuat malu sang mentor.

Lulus MT dong.....
Perjuangan selanjutnya. Berjuang di department dimana saya ditempatkan. Setelah officially lolos MT, pake seragam baru, masuk department, berjuang lagi. Karena saya juga mengalami yang namanya mutasi ke kantor baru karena kepentingan perusahaan. Adaptasi lagi, ninggalin temen-temen di kantor lama. Yang meskipun di kantor ini saya kenal beberapa orang juga, tapi kalo namanya uda nyaman sama orang-orang tertentu kan susah mau move on (lah ini kenapa jadi curhat?)

Konflik-konflik dalam pekerjaan dengan segala drama dan ceritanya pun (akhirnya) saya alami. Dari yang hanya mendengar cerita-cerita seram soal dunia kerja, pada akhirnya itu menjadi salah satu cerita yang saya alami. Konflik dengan teman satu department (yah gimana department isinya cewe semua, satu kelar bulanan, 3 lainnya PMS). Konflik dengan atasan (Lucky me dapet atasan Expatriate yang tentunya susah-susah gampang untuk menyesuaikan dengan budaya beliau).

Karena department dimana saya ditempatkan ini lebih banyak bersinggungan dengan para Top Management, membuat saya harus menyesuaikan diri dengan pola kerja mereka masing-masing. Dari sini banyak hal yang membuat saya semakin bertambah ilmu. Banyak hal yang saya pelajari dari beliau-beliau. Kisah suksesnya, cara kerja mereka, mindset yang mereka miliki bahkan bagaimana kehidupan sehari-hari mereka yang membuat saya kadang terheran-heran. Enak ga enak juga kerjanya, enak karena semacam kursus gratis ke mereka. Ga enak karena mayoritas mereka adalah workaholic yang perfeksionis. Salah sedikit bisa fatal akibatnya. Belum lagi dengan style mereka yang unik-unik. Ada yang mengayomi, ada yang cuek, ada juga yang terlalu mendikte sehingga kamu ga ada kesempatan untuk berkata tidak. Atasan memang satu, tapi kalau ada project-project tertentu, atasan bisa beranak-pinak jadi banyak. Bersinggungan langsung dengan Top Management juga membuat saya harus bisa luwes dalam bekerja.

Pekerjaan saya sebagai external assistant membuat saya banyak bertemu dengan pihak-pihak luar untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan dimana saya bekerja. Saya harus bisa mencari cara agar keinginan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun vendor (kami menyebut pihak-pihak luar ini sebagai vendor) terakomodir. Enak sih jadi sering terima entertain, tapi beban moral jauh lebih besar apabila dalam project tersebut masih harus direview ulang dan disini saya merasa berhutang dengan para vendor tersebut. Lebih beban lagi kalau project tersebut dibatalkan (seketika merasa bersalah dengan vendor). 

Salah satu foto dengan vendor dalam project video company profile


Masih soal hubungan dengan vendor, hal lain yang terkadang bikin sesak nafas adalah bargaining. Tapi balik lagi, yang namanya cewe, Jevi pula namanya, nawar harga malah dijadikan hal yang fun (maklum, keseringan ke Pasar Klewer nih jadi begini, mulutnya licin macem dikasi lumut kalau pas lagi nawar). Apalagi kalau hasilnya bisa beda setengah harga, ada kepuasan tersendiri pas ngelakuin itu (kalau ada salah seorang dari vendor baca ini, paling saya dikutuk abis-abisan). Kok bisa dapat setengah harga pas nawar? Modalnya cuma santun & lembut tapi straight to the point.


 Berfoto setelah resmi lolos MT. Memakai seragam di hari pertama

Next Lesson...
Disini saya belajar bagaimana rasanya jauh dari keluarga. Yang artinya saya harus lebih menjaga diri sendiri. Yang tadinya makan aja musti diingetin, dimasakin, disiapin, berubah menjadi Jevi yang harus inget sendiri kewajibannya apa. Harus ngerti makanan apa yang boleh dan ga bole dimakan, yang bisa bantu-bantu masak pas ada temen lagi masak.

Tangerang juga membuat saya belajar bagaimana caranya agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar secepat mungkin. Karena menurut saya, orang yang susah beradaptasi akan lebih tertinggal oleh yang lainnya. Jadi sebisa mungkin saya harus jadi orang yang luwes dan bisa menahan ego. Satu hal yang saya pelajari adalah, kita tidak bisa meminta orang lain berubah sesuai apa yang kita mau. Tapi kita bisa merubah diri kita menjadi lebih baik. Itu yang akan mendorong lingkungan sekitar kita menjadi lebih baik. Bahkan lebih dari apa yang kita harapkan.

Semakin banyak berteman, saya makin bisa memahami karakter orang lain. Yang baik, bener-bener baik, baik luar biasa, atau orang yang baik tapi jahat, jahat banget, ada juga yang licik. Belajar untuk tetap bersikap baik ke orang-orang yang sebenarnya saya tidak suka atas sikap mereka, bukan menjadi orang bermuka dua atau fake, hanya berusaha untuk menahan diri agar tidak menjadi sama seperti mereka. SELF CONTROL. Semua ini menjadi pelajaran tersendiri yang bisa jadi bekal untuk ke depannya.

 Piknik bersama teman-teman Wave 18 ke Dufan
Banyak hal disini yang mendorong saya untuk terus memperbaiki diri. Bukan mencari kesempurnaan, hanya melakukan improvisasi diri untuk bekal saya ke depannya (sedap...).
Kalau dibilang hidup sendiri di luar kota itu berat, saya bilang tergantung bagaimana mindset nya. Berusaha sebisa mungkin menikmati apa yang ada sekarang dan bersyukur. Hal yang tidak menyenangkan akan berujung kebahagiaan asalkan kita tau bagaimana mensikapi suatu masalah.
  

KURANGI MENGELUH, TALK LESS DO MORE

Kalimat ini bener dan bagus banget kalau diterapkan. Dear calon-calon anak rantau, percayalah, ibukota ga sekejam yang kalian bayangkan (Tangerang bisa dibilang ibukota juga kan?). Masih kejam ibu tiri kok, bener deh.

Kuncinya dua, membuka diri, membuka pikiran, itu aja. Dua hal ini akan membawa kalian ke banyak hal positif. Jadi banyak bersyukur, bisa melihat masalah dari sisi lain, menjadi lebih obyektif dan logis, juga bisa mengembangkan kepribadian kalian ke arah yang lebih baik.

Jangan percaya dengan kalimat-kalimat yang menjatuhkan. Saat orang-orang berusaha menjatuhkan saya dengan berbagai kalimat, yang saya pikirkan hanya satu, tutup mulut mereka dengan dengan bukti, iya, bukti kalo mereka salah dan bukti kalo kita punya kehidupan yang amat sangat lebih baik dari mereka.

Ga perlu cape-cape denger omongan orang yang menjatuhkan, satu-satunya hal yang harus difokuskan adalah mengejar cita-cita dan masa depan.

Jangan pernah merasa bahwa perjuangan kalian sia-sia atau kalian pikir "ah ini masih biasa aja, perjuanganku lebih berat"

STOP MEMBANDINGKAN MASALAHMU DENGAN MASALAH ORANG LAIN

Mind your own business
Ga akan ada habisnya kalau membandingkan masalahmu dengan orang lain. Yang kalian lihat, orang lain memiliki kehidupan yang lebih nyaman, lebih indah, lebih segalanya dari kalian. Yang terjadi SEBENARNYA adalah, orang-orang tersebut memiliki cerita di balik kenyamanan yang mereka rasakan saat ini. Daripada sibuk-sibuk mikirin hidup orang lain, lebih baik menyibukkan diri untuk memperbaiki hidup.

Pernah denger kalimat 'hasil tidak akan membohongi proses?'

Apapun yang sedang kalian perjuangkan sekarang, pastikan dan yakini itu yang terbaik untuk kalian. Setiap perjuangan akan menjadi tolak ukur kesuksesan (abaikan, saya lelah kayanya).

Saya sangat bersyukur dan tidak menyesal dengan keputusan saya merantau disini. Kalau ga ke Tangerang, mungkin saya masih berkutat di rumah, ga belajar apapun, ga ketemu teman-teman dan semua orang yang memberikan banyak pelajaran untuk saya disini.

Biarpun bentar lagi mau cabs dari Tangerang, tapi kota ini ga akan pernah cabs dari memory. Dan bahkan masih punya keinginan untuk bikin bisnis disini (amin).

Terimakasih banyak Tangerang! See you soon!

1 comments:

Proses Rekrutmen Emirates (Cabin Crew)

Hello!


Kali ini saya mau bercerita mengenai pengalaman saya mengikuti cabin crew recruitment dari salah satu maskapai penerbangan terbaik di dunia, EMIRATES.

Kok ikut cabin crew recruitment? Kan di cerita sebelumnya uda dapet kerjaan? 

Well, everyone has their own dream. When people ask me what kind of job that I have been dreaming of, jawaban saya sama. Saya ingin punya pekerjaan yang membuat saya bisa banyak bepergian, tidak stay di satu tempat secara terus-menerus (coba baca di cerita sebelumnya. Saya menyebut diri saya ini anak yang gampang bosen dengan rutinitas yang itu-itu aja). 

I got bored with office life. Jadi saya iseng-isenglah melamar jadi cabin crew. Karena saya berpikir bahwa pekerjaan ini yang bisa membuat saya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Meskipun saya mendengar banyak sekali kesulitan dan tantangan menjadi seorang cabin crew. 

Sebelumnya saya pernah mencoba peruntungan untuk mendaftar di cabin crew recruitment maskapai nasional. Then failed in the first stage (keterlaluan kamu Jevi). Alasannya adalah, saya overweight (ini memalukan!). Well, berat saya 55kg saat mendaftar (di Tangerang berat badan saya naik 12kg dari berat awal yang hanya 43kg) dengan tinggi badan 166cm.

JEVI OVERWEIGHT (panic attack).

Jahat deh kalian ini bilang saya overweight! Dalam hati dendam, awas aja kalau saya sampe keterima di maskapai lain (anaknya suka songong, iyain ajalah ya biar cepet).

BACK TO EMIRATES RECRUITMENT...
Awal mulanya adalah saya mendaftar online melalui website Emirates (http://www.emiratesgroupcareers.com/english/careers_overview/cabin_crew/cabincrewassessmentdays.aspx) tanggal 31 Desember 2015 (mencoba peruntungan di malam tahun baru ceritanya). 

Apply di website nya ga susah kok. Cukup isi data diri, foto dan working experience. Saran saya, isilah part working experience ini sebaik mungkin. Buat mereka yakin bahwa kalian layak untuk mendapat invitation. Tak lama setelah mendaftar online, saya mendapat email dari Emirates seperti ini :

email dari EMIRATES setelah apply online


Based on the email, saya sudah prepare for the worst. In case dalam 6 weeks saya tidak mendapat invitation dari Emirates berarti saya failed.

Tepat 4 minggu setelah email tersebut. Saya mendapat email seperti ini :

INVITATION LETTER FROM EMIRATES!! WOOOO (excited berlebihan)

Walaupun sempat galau mau ambil kesempatan ini atau tidak karena mikir harus pindah ke Dubai kalau keterima (haelah ini anak sok kepedean kaya bakal lolos aja!). Setelah diskusi santai dengan beberapa teman, saya memutuskan mengambil kesempatan ini. Kebetulan Assessment Day diadakan di hari Sabtu, jadi saya tidak perlu mengambil cuti di kantor. Dan enaknya lagi, lokasinya di Tangerang, sangat amat mudah dijangkau.

Kalau dibaca dari emailnya terlihat bahwa mereka sudah menentukan kostum untuk datang ke Assessment Day tersebut. Rok di bawah lutut atau dress tapi harus menggunakan stocking apabila memakai dress (ladies ya).

ASSESSMENT DAY...
Tibalah hari itu, saya datang ke lokasi menggunakan rok model A-Line di bawah lutut dan kemeja biru, high heels of course, dan tote bag hitam. Saya langsung menuju ke Ballroom sesuai petunjuk. Keluar dari lift mata saya sedikit terbelalak melihat banyak sekali peserta yang datang. Saat baca di beberapa blog, Assessment Day seharusnya tidak seramai ini karena peserta yang datang hanyalah yang mendapat invitation. Ada ratusan peserta disitu. Lebih mirip Open Day. Dan yang lebih bikin drop, MEREKA SEMUA CANTIK-CANTIK.

Mental drop seketika. Merasa cupu dengan rok di bawah lutut karena kebanyakan dari mereka menggunakan rok di atas lutut dan bermodel pencil skirt. Kayanya saya salah dress code. Pengen pulang rasanya. Oke tenang, Jevi. Tenang. Buka email lagi dan ngeliat soal ketentuan berpakaian. Memastikan saya memakai kostum sesuai ketentuan. Gila ini kok keliatan cupu abis sih pake rok ini. Tapi kok di email nya bener, harus pakai di bawah lutut.

Pada akhirnya saya cuma bisa bilang 'DALAM NAMA TUHAN YESUS, berkati aku Tuhan'

Kami semua pun akhirnya masuk ke dalam Ballroom dan bertemu 2 orang dari tim rekrutmen Emirates. Setelah basa-basi ucapan selamat datang, mereka pun mempresentasikan seperti apa bekerja sebagai cabin crew Emirates, living in Dubai and testimonies from some of their flight attendants.

AMAZING! Ah makin excited!

FIRST STEP
Kami diminta untuk drop CV dan foto. Kamipun mengantri dengan panjang dan bosannya. Entah ada berapa ratus orang yang datang. Perkiraan saya sekitar 300an orang atau lebih. Dan sejauh mata memandang, isinya wanita-wanita cantik (minder, drop, panik seketika).
Saat sampai giliran saya, saya menyerahkan CV kepada salah satu dari recruitment team. Saya diberikan 2 pertanyaan saat itu.

Yang pertama : Why do you want to be a flight attendant? 
Jawaban saya adalah because I want to travel around the world.
Yang kedua : What is your current job?
Jawaban saya adalah Business assistant to corporate vice president.

Setelah itu saya diminta menunggu di luar Ballroom. Mereka akan melakukan shortlist CV yang telah mereka terima. Kami diminta kembali sekitar 1,5 jam kemudian.

Saya pun memilih waktu istirahat tersebut untuk makan (anaknya kalau galau bawaannya laper).

Sesuai jadwal, saya kembali ke lokasi dan menunggu pengumuman dengan peserta lain. Saya gunakan kesempatan ini untuk berkenalan dengan peserta lain disana. Salah seorang staff dari Novotel keluar dari Ballroom dengan membawa kertas berukuran poster dan mengumumkan bahwa nomor peserta yang di highlight adalah yang lolos ke tahap selanjutnya. Dasarnya uda penasaran, isinya cewe-cewe pula, keluar deh adat keroyokannya. Kami berdempet-dempet mesra demi bisa melihat apakah kami lolos ke tahap selanjutnya. Dan saya mencari nomor saya disitu memastikan bahwa nama saya,


HIGHLIGHTED !!! Oh my, highlighted!!


Saya pun menunggu petunjuk selanjutnya untuk seleksi (deg-degan banget ini).

SECOND STEP
Disini kami dibagi menjadi 2 kelompok besar. Saya lupa berapa persisnya, kalau tidak saah ingat kami semua berjumlah 70-an orang. Dalam kelompok tersebut, kami dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 orang setiap kelompok.

Ini adalah tahapan Group Discussion dimana kami diberikan 2 kartu yang memiliki gambar berbeda. Kelompok saya mendapatkan gambar Gardener dan Paper Bag.

Kami diminta untuk mengeksplorasi dan mempresentasikan ide kami mengenai gambar tersebut. Sepertinya ini adalah tes untuk menguji kreatifitas. Waktu berpikir yang diberikan tidak lama, hanya 15 menit. Masing-masing dari kami harus mempresentasikan ide. Beruntungnya saya ada di kelompok pertama sehingga saya harus mengawali presentasi. Saya menyampaikan mengenai how to be a good gardener kemudian menyambungkannya dengan paperbag. Paperbag can be used by gardener as a packaging for their vegetables.
Presentasi dilanjutkan ke kelompok-kelompok selanjutnya. Setelah selesai, kami diminta keluar dari ruangan dan diminta menunggu selama 30 menit.

Menunggu jodoh lagi, eh maksudnya menunggu pengumuman dengan penuh harapan (plis deh Jev! Kepleset mulu ni ngomongnya).

Tepat 30 menit kemudian, mereka keluar dari ruangan dengan membawa papan yang bertuliskan nomor-nomor kandidat yang berhasil lolos ke next step.

I MADE IT! Nomor saya tercantum di dalamnya. THANK GOD!


Kami yang berhasil lolos kemudian bersiap-siap untuk menuju tes selanjutnya.


Kunci dari tes ini adalah berpikir cepat, kreatif dan jangan terlihat dominan dalam kelompok. Bersikap sebijak mungkin dalam diskusi.

THIRD STEP
Di tahap ini kami hanya tinggal 50 orang dan bersiap untuk English Test, semacam tes TOEFL. Kami punya waktu 45 menit untuk mengerjakan soal tersebut. Kuncinya, kerjakan tes ini dengan santai. Ga perlu takut kehabisan waktu. Terdengar singkat namun ternyata waktu tersebut sangat cukup untuk mengerjakan tes. Karena kalau udah grogi duluan, pikiran buntu, akan susah berpikir jernih.

Alarm pun berbunyi tanda waktu mengerjakan habis. Kami diminta keluar ruangan dan (lagi-lagi) menunggu selama 30 menit untuk menuju tes berikutnya.


Kami yang tersisa pun berceceran di luar ruangan dengan muka-muka galau dan pasrah.


Saat recruitment team keluar dengan membawa papan, saya dengan cepat menemukan nomor saya kembali tertera di dalamnya.

GOD! THIS IS GREAT!


Saya hanya bisa berkata 'Thank God' setiap melihat nomor saya lolos ke tahap berikutnya.

FOURTH STEP
Kamipun kemudian dipersiapkan untuk menuju tahap selanjutnya yaitu Group Discussion II dimana kami kembali dibagi menjadi 2 kelompok kecil. Kurang lebih 25 orang. Kami kemudian dibagi lagi menjadi 2 kelompok kecil. Kelompok pertama diminta masuk sementara kelompok kedua menunggu giliran di luar ruangan. Beruntungnya lagi, saya ada di kelompok pertama (entah kenapa saya selalu mendapat giliran pertama).

Disini kami kemudian diberikan selembar kertas berisi satu masalah dan 10 cara penyelesaian. Yang saya ingat, permasalahannya adalah kami diposisikan menjadi seorang manager suatu toko furniture yang diharuskan memilih customer yang tepat untuk memperoleh 3 bed set last season. Terdapat 10 orang customers dan kami diminta untuk memilih 3 orang customers saja. Cukup sulit menentukannya karena masing-masing pilihan memiliki keuntungan untuk keberlangsungan toko tersebut ke depannya. Setelah memilih, mereka akan menanyakan alasan kenapa memilih customers tersebut untuk didahulukan.


Kami kemudian diberikan pertanyaan satu per satu. Dua orang recruitment team ini berpura-pura sebagai customer yang tidak memperoleh bed set tersebut dan melakukan komplain. Disini kami dinilai bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah dan apakah kami sanggup menahan diri dari serangan customer. Hal lain yang dinilai adalah pola komunikasi yang kita lakukan untuk menangani komplain customer.


Lagi-lagi dalam tiap diskusi, saya berusaha untuk tidak tampil dominan tapi tetap terlihat aktif. Hal ini yang saya pelajari dari beberapa sumber di internet mengenai bagaimana cara bersikap saat diskusi.


Selesai diskusi, kami diminta menunggu di luar ruangan (lagi) sementara group kedua masuk ke dalam untuk memulai sesi mereka. Setelah group kedua selesai, kami diminta menunggu 30 menit untuk melihat hasilnya.

30 menit ini bisa kalian gunakan untuk tidur, bergkuling-guling atau mondar-mandir cemas since rasanya lama banget (entahlah sepertinya ini efek deg-degan menunggu hasil).

Dan saat pintu Ballroom dibuka, rasanya seperti pasrah. Kalau lolos Puji Tuhan, enggak lolos ya belom rejeki. Saya cari nomor peserta saya di derrotan nomor-nomor tersebut.

ADA! NOMOR 27 ADA DISITU! SAYA LOLOS? OH IYA, LOLOS!!


THANK GOD!!


Saya senang bukan main. Dan hanya 7 orang yang lolos menuju tahap selanjutnya, yaitu tahap Final Interview yang diadakan keesokan harinya. 7 orang ini diminta masuk ke dalam ruangan. Mereka mengucapkan congratulation karena kami lolos ke tahap akhir. Mereka kemudian memberikan beberapa petunjuk yang terdapat dalam kertas yang telah mereka bagikan. Mereka kemudian memberikan kami jadwal untuk Final Interview. Saya mendapatkan jadwal jam 12.30. Kami diminta menggunakan pakaian formal (blazer dan rok atau dress selutut) sebagai dresscode Final Interview.

Saya pulang dengan hati senang riang. Dan tidak sabar untuk menghadapi Final Interview besok.


FINAL INTERVIEW

Yak, pagi itu diawali dengan hati deg-degan menghadapi Final Interview. Yang saya baca dari blog orang-orang yang judah perch mengikuti recruitment untuk Cabin Crew Emirates, rata-rata mengatakan bahwa tahap ini tidak seseram yang dibayangkan.

Oke Jevi, tenang. Inhale, exhale. 


Jam 11 siang saya sudah menuju lokasi. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan superti macet yang tidak terduga. Saya tidak ingin terlambat menuju lokasi.

Setibanya di lokasi, saya menjuí ruangan dimana Final Interview dilakukan.

Tibalah giliran saya, saya pun masuk dan melakukan obrolan ringan dengan Interviewer tersebut. Di tahap ini justru saya yang banyak bercerita karena memang saya diminta menceritakan working experience saya dan bagaimana cara saya menangani masalah dari setiap pekerjaan yang saya lakukan.


Dalam tahap ini kuncinya adalah detail. Ceritakan sedetail mungkin (kejadian, hari, tanggal, jam, nama orang, cara penyelesaian, etc). Karena memang itu yang akan menjadi tolak ukur penilaian. Interviewer akan memberikan beberapa pressure seperti nada bicara yang dalam dan menyelidik, ekspresi wajah yang kurang menyenangkan tau kalimat-kalimat yang akan membuat kalian merasa diiterogasi. Tetap tenang tetap tersenyum dan ramah. Ini akan menolong kalian untuk lebih relax menghadapi tekanan tersebut.

Selesai interview, saya diberitahu untuk menunggu 4-6 weeks untuk mendapatkan hasilnya.


Okay, 4-6 weeks itu lama. Harus banget nih galau selama itu nungguin hasil? Ah yasudalah mau gimana lagi. Pulanglah saya dengan hati pasrah.

What's meant to be will always find it's way.

Selama menunggu hasil, saya aktif mengobrol dengan teman-teman yang lolos ke tahap Final Interview. Kami saling bertukar informasi dan memberikan update satu sama lain. Selama menunggu ini kami tidak berdiam diri karena kami diminta pihak rekruitmen untuk mengirimkan foto.


Ada 2 jenis foto yang harus kami kirimkan yaitu foto formal dan casual. 


  • Foto formal diharuskan memakai blazer dengan model bottom up, long knee skirt, stocking, dan ini yang paling penting, smile up
  • Yang kedua adalah foto casual dimana kami diminta memakai baju casual dan berpose seluruh badan dan setengah badan.
Kalau kalian diminta mengirimkan foto ini, usahakan tersenyum sebaik mungkin karena saya harus mengulang 2 kali untuk masing-masing foto karena menurut mereka senyuman saya kurang ramah (inilah nasib muka jutek. Pose senyum keliatan giginya aja susah banget!).

Ngebayangin pake seragam ini selama nunggu pengumuman

Beberapa minggu kemudian ada salah seorang teman saya yang mengatakan dia memperoleh update dari hasil interview (update ini diperoleh dari akun yang dibuat saat apply online di website Emirates). 

For your information, saat selesai dengan Final Interview, status di akun akan menjadi Interview Completed. Dan apabila lolos, maka status tersebut akan berubah menjadi Joining Formalities In Progress (yang artinya kalian lolos menjadi cabin crew Emirates, tinggal melengkapi syarat-syarat seperti medical, etc).

Sudah 3 orang yang memperoleh status JFIP. Yang lain termasuk saya masih harap-harap cemas nungguin hasil. Alamak ini saat-saat yang bikin galau. Cemas iya, mau pasrah kok ya tetep aja deg-degan.


Beberapa hari kemudian 3 orang teman saya mengatakan mereka mendapatkan Regret Email (ini merupakan email yang memberitahukan bahwa yang bersangkutan tidak lolos dan seingat saya harus menunggu kurang lebih 1 tahun kalau mau mencoba re-apply di Emirates). 

Nah loh, makin deg-degan lagi saya. 3 orang lolos, 3 orang gagal. Nah nasib saya gimana masih terkatung-katung. Teman-teman meyakinkan saya kalau saya pasti lolos. Saya hanya bisa mengamini dengan pasrah (kali ini beneran pasrah karena emang gatau harus ngapain kecuali nunggu)

Beberapa hari kemudian saya iseng mengecek akun saya di web. Dan hasilnya,


Joining Formalities In Progress. WELCOME TO EMIRATES BABY! 
Yayy yay yayy! Reaksi pertama saya membaca status itu adalah sesak nafas. Lebay deh, Jev! Seneng banget, bersyukur banget, luar biasa bahagianya. Saya cuma bisa berucap "Terimakasih Tuhan!". Saya kemudian menghubungi teman-teman di group Whatsapp EK, mereka sangat senang mendengar kabar ini. 

Selanjutnya saya masih harus menunggu email dari Emirates untuk akun dan password baru yang akan digunakan untuk selected candidat. Wooo I can't wait!

Beberapa hari kemudian saya mendapatkan email yang berisi detail untuk masuk ke Selected Candidate Portal. Di dalamnya terdapat beberapa persyaratan yang harus dilengkapi termasuk contract acceptance yang harus segera di accept dan memenuhi beberapa syarat seperti medical form dll untuk dapat melanjutkan ke step berikutnya within 5 days. Jangan kaget kalau proses seleksi Cabin Crew Emirates ini memang memiliki banyak tahap. Bahkan meskipun sudah lolos ke tahap ini, mereka mencantumkan informasi untuk tidak melakukan resign terlebih dahulu sampai memperoleh email Advise to Resign dari Emirates. Nah berarti masih ada kemungkinan untuk gagal.

Within 5 days saya segera melengkapi semua syarat-syaratnya. Dan 3 hari kemudian saya memperoleh email yang saya tunggu-tunggu

Advise to Resign email from Emirates
THANK GOD!!!

Lagi-lagi hanya ucapan syukur yang saya ucapkan saat membaca email tersebut. Akhirnya saya bisa resign dengan tenang.


Selanjutnya adalah saya masih harus melengkapi beberapa persyaratan sebelum berangkat ke DUBAI (persyaratannya banyak dan lumayan rempong jadi time management harus bener-bener oke).

I'll see you soon, Dubai!

Ahh siapa yang ga pengen kesana. Dubai yang lagi jadi trending topic karena keindahan kotanya, culture yang beragam dan tentu saja, siapa yang ga pengen bergabung di perusahaan besar seperti Emirates, jadi Cabin Crew nya pula! 

I'll wear this uniform soon! yeah!
 
Tuhan terimakasih, masih belom percaya kalau bulan depan bakal berangkat ke Dubai, bukan untuk liburan, tapi untuk stay dan bekerja disana.

Siap-siap training 2 bulan sebelum diterbangkan. Siap-siap travelling. Siap-siap senyum, salam, sapa (Jev, please, ini flight attendant bukan pegawai pom bensin).


Antara bersyukur, deg-degan, nervous, campur aduk jadi satu rasanya. Kebetulan tanggal keberangkatan saya tidak sama dengan teman-teman lain. Jadi saya akan berangkat sendiri kesana.


Semua orang yang tau saya bergabung menjadi Cabin Crew Emirates pasti terheran-heran karena bidang ini sangat bertolak belakang dengan background pendidikan saya. Tapi prinsip saya selagi muda ambil semua kesempatan yang ada selama positif. Kenapa musti takut mencoba kalau kesempatan sudah ada? Kalau ga dicoba mana tau rasanya gimana? Kalau takut mencoba, bisa dapet pelajaran darimana?


Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, takutlah untuk menyesal apabila tidak mengambil kesempatan itu.

Udah ah cape nulisnya, ini sedikit cerita saya mengenai recruitment cabin crew Emirates. Mudah-mudahan tulisan saya ini membantu bagi kalian yang masih menunggu-nunggu Open Day maupun Assessment Day Emirates.

Flight attendants Emirates & the airbus

By the way, doakan saya ya supaya lancar sampai kesana!! Dan buat kalian yang masih akan mencoba, GOOD LUCK!

4 comments:

About Author

Black and white never fail to amaze me